Tak Bernilai
Berkali - kali saya berusaha membangun tembok yang perlahan runtuh itu. Tapi mengapa dengan mudahnya kamu hancurkan? Ah tak apa, kamu tidak tahu bukan? Kamu tidak sengaja bukan? Mengertikah kamu betapa susahnya saya berusaha membangun tembok itu? Berkali-kali saya merasa saya tak akan bisa membangunnya kembali. Beberapa meyakinkan saya bahwa saya bisa membangun tembok itu lagi. Tembok yang pada kenyataannya perlahan terkikis oleh lidahmu. Saya merasa gagal. Saya merasa tak pantas. Saya merasa tak seharusnya saya ada disini. Saya tak butuh pujian. Saya hanya butuh keberadaan saya dilihat. Sekecil apapun saya. Sekecil apapun usaha saya. Besar harapan saya masih bisa menjadi sosok yang berguna. Walaupun pada kenyataannya saya memang tak bernilai apa-apa. Maaf bila saya tak sesuai dengan ekspektasimu. Maaf bila saya belum bisa menjadi seperti apa yang kamu mau. Maaf bila saya tak bernilai apa-apa. Cikarang, 30 Oktober 2020