Avoidant: Selfish or Childhood Trauma?

    Saya pernah berpikir bahwa mempelajari love language atau bahasa cinta untuk membangun hubungan dengan orang lain adalah hal yang paling penting untuk berusaha mengenal dan mengetahui satu sama lain. Hubungan disini bukan hanya hubungan dengan pasangan, tapi hubungan dengan manusia yang ada dan berinteraksi di ruang lingkup kita. Ternyata ada yang tidak kalah penting dari sekedar mengetahui love language satu sama lain.

    Ya, yang saya maksud disini adalah attachment style. Apa sih attachment style itu? Oke sebelumnya, disini saya bukan seorang ahli yang mengerti akan banyak ilmu yang berusaha menjelaskan kepada orang awam. Sepengetahuan saya, attachment style adalah pola atau gaya seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain yang mana pola ini berkaitan dengan lingkungan atau masa kecil seseorang tersebut.

    Berdasarkan informasi yang saya ambil dari APA Dictionary of Psychology, attachment style is the characteristic way people relate to others in the context of intimate relationship, which is heavily influenced by self worth and interpersonal trust. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya adalah karakteristik cara seseorang berhubungan dengan orang lain dalam konteks hubungan intim yang sangat dipengaruhi oleh harga diri dan kepercayaan antarpribadi. 

    Attachment style sendiri terdiri dari 4 tipe. Yaitu secure attachment (kelekatan terikat), preoccupied or ambivalent attachment (kelekatan terikat), dismissing or avoidant attachment (kelekatan lepas), dan fearful attachment (kelekatan cemas). Tetapi yang akan saya bahas disini adalah avoidant atau dismissing attachment. Biasanya kalau ngebahas attachment style pasti yang dibahas pertama kali adalah secure. Tapi kali ini saya akan membahas tentang avoidant attachment terlebih dahulu karena rasa ketertarikan saya yang tinggi akan salah satu attachment style ini.

    Rasa ketertarikan saya terhadap pembahasan avoidant attachment ini berawal ketika saya mengenal seseorang yang memiliki kepribadian yang semakin saya berusaha memahami ternyata seseorang itu bisa jadi memiliki kesalahan pola asuh semasa kecilnya. Yang mana hal ini mengakibatkan kurang berkualitasnya hubungan dengan orang lain dan menjadi hal yang mengganggu di dalam hubungan dengan orang lain di masa mendatang. 


Bagaimana bentuk Avoidant Attachment?
    Seseorang yang memiliki kesalahan pola asuh kelekatan lepas (avoidant attachment) cenderung kurang kelekatan secara emosional dengan orang di sekitarnya. Biasanya mereka cenderung sangat mandiri, tidak terlalu peduli dengan kepergian orang lain, dan tidak suka bergantung kepada orang lain, dan tidak suka menggantungkan diri kepada orang lain.

    Ketika menjalin hubungan dengan orang lain atau pasangan di masa mendatang, orang dengan avoidant attachment cenderung menunjukan tanda atau perilaku seperti :
  • Sulit menunjukkan atau mengungkapkan emosi mereka
  • Tidak nyaman dengan kedekatan secara emosional
  • Menolak dukungan emosional dari orang lain
  • Merasa bahwa kemandirian dan kebebasan pribadi lebih penting daripada menjalin hubungan dengan orang lain
  • Tidak mau mengandalkan pasangannya saat stres dan tidak mau pasangannya mengandalkan atau bergantung kepadanya
  • Tampak tenang dalam situasi yang biasanya penuh emosi
Apa penyebab seseorang memiliki Avoidant Attachment?
    Bagaimana pola asuh di masa kecil menentukan kepribadian kita di masa sekarang. Seseorang dengan avoidant attachment ini biasanya kurang kelekatan secara emosional dengan orang tuanya di masa kecil. Mereka cenderung mengalami hal-hal berikut di masa kecil dari orang tuanya :
  • Dibiasakan menjadi pribadi yang mandiri
  • Tidak ditunjukkan reaksi emosional secara lahiriah ketika mendapatkan masalah atau pencapaian
  • Tidak diperdulikan terhadap masalah emosional yang ada
  • Ditinggalkan untuk terbiasa mengurus diri sendiri
  • Dipaksa menghindari hal-hal yang bersifat emosional
Bagaimana mengatasi Avoidant Attachment?
    Tentunya sebagai manusia kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Kita juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan pasangan. Apabila kita memiliki kesalahan pola asuh yang berdampak pada kepribadian kita di masa mendatang, tentunya hal itu akan berpengaruh kurang baik terhadap diri kita sendiri maupun dengan orang lain. Yang mana prinsip berhubungan untuk mencapai kebutuhan satu sama lain menjadi tidak bisa dipenuhi karena kesalahan pola asuh tersebut. Kemudian bagaimana cara mengatasinya?

    Saya menyadari tentunya tidak semua orang mengerti dan menyadari tentang kesalahan pola asuh yang berdampak negatif ini. Alhamdulillah, saya adalah orang yang diberi pemahaman (yang tidak begitu luas) mengenai hal ini. Jadi, saya ingin membagikan apa yang saya ketahui berdasarkan hasil pencarian informasi yang saya dapatkan dari internet, buku, dan dosen saya di kelas untuk mengatasi kesalahan pola asuh ini.

    Kesalahan pola asuh ini tentunya bukan hal yang kita inginkan mengingat kita tidak bisa memilih darimana kita lahir, dengan pola asuh apa kita dididik, sejauh mana pengetahuan orang tua kita, dan lain-lain. Akan tetapi kita bisa menyadari hal tersebut dan kita masih memiliki kesempatan untuk mengubahnya dengan menemui profesional atau psikolog karena menyadari ada suatu hal yang salah pada diri kita dan bisa berdampak buruk dengan hubungan kita dengan orang lain.

Source :
https://dictionary.apa.org/attachment-style
https://psychcentral.com/health/4-attachment-styles-in-relationships#avoidant-attachment
https://www.webmd.com/parenting/what-is-avoidant-attachment
https://www.simplypsychology.org/wp-content/uploads/avoidant-attachment-1024x683.jpeg

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Ditahan Sendirian

Yang Tertahan