Jangan Ditahan Sendirian
Jangan ditahan sendiri. Kamu harus punya wadah untuk menumpahkan semuanya. Kalau kamu mau bercerita, saya ada disini. Tapi kalau kamu kurang mempercayai saya, silahkan cari orang lain yang kamu percaya bisa menampung semua keluh kesahmu, atau paling tidak, jika kamu belum punya keberanian untuk bercerita kepada orang lain, ceritakan semua keluh kesahmu pada diarymu.
Teman-teman yang beberapa kali mengutarakan keluh kesahnya kepada saya mungkin tidak asing dengan beberapa kalimat itu. Walaupun kalimat yang sebenarnya saya ucapkan tidak sekompleks itu, tapi poinnya tetap sama. Jangan ditahan sendiri.
Saya benci dengan mereka yang menganggap remeh semua masalah-masalah kecil yang mereka dapati. Apakah hanya sekali sampai dua kali mereka mendapat masalah kecil itu? Rasanya kurang mungkin. Sekarang coba ingat-ingat lagi, berapa masalah kecil yang sudah ditumpuk atau bahkan sudah hilang terkubur di dalam hati?
Beberapa orang yang memilih untuk memendam semua keluh kesahnya sendiri karena punya pengalaman yang kurang mengenakkan setelah mengeluarkan apa yang ia pendam.
"Orang-orang cuma pura-pura peduli"
"Mereka cuma mau tau"
"Mereka penasaran, bukan mau membantu"
Atau si overthinking. Baru ingin mulai bercerita, tapi tiba-tiba terhalang tembok.
"Duh nanti kalau aku cerita ganggu nggak ya?"
"Aku takut menambah beban pikirannya"
"Aku takut mengganggu bahagianya dengan sedihku"
"Hidupnya bukan hanya mendengar cerita sampahku saja"
Akhirnya sebagian memilih untuk menahannya sendirian.
Entah berapa kali saya akan mengatakannya. Jangan ditahan sendiri. Karena sebenarnya kamu punya banyak wadah untuk menyimpan keluh kesahmu itu, kamu hanya ragu dan takut untuk menceritakannya. Yang pura-pura peduli memang ada, tapi yang benar-benar peduli dan ingin membantumu pun ada. Carilah ia yang bisa kamu percaya.
Kalau kamu kesulitan mencari seseorang yang bisa kamu percaya, ceritakan lah pada diarymu. Tuliskan apa yang sedang kamu tahan dan rasakan. Percayalah, ini akan membantu. Setelahnya kamu akan merasa lega. Beban yang kamu tahan terlepas bersama tulisan itu.
Tapi bukan berarti karena bercerita di diary itu menyenangkan, kamu bisa terus-menerus bercerita di diarymu itu. Kamu tetap butuh seseorang untuk mendengarkan dan meresponmu. Kalau kamu merasa tidak ada seseorang yang bisa kamu percayai, berceritalah kepada ahlinya, psikolog misalnya. Tak apa, bercerita ke psikolog tidak berarti kamu gila. Kamu masih waras dan sehat, karena kamu masih menyadari dan menjaga kesehatan mentalmu itu.
Mungkin beberapa orang berpikir mereka akan dikatakan sebagai manusia lemah kalau mereka menyampaikan keluh kesahnya. Atau hanya akan dibanding-bandingkan dengan beban orang lain yang lebih berat. Padahal sebenarnya orang-orang itu hanya mau didengar dan disemangati.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete